HUJAN

NAME

BRIGITA MERLIN ANDRIANI & YAYAN APRIANSYAH

Jumat, 25 April 2014

analisis kepemimpinan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam suatu organisasi ataupun perusahaan dan pemerintahan sangat membutuhkan adanya suatu sistem manajemen. Pelaksanaan daripada manajemen ini sangat tergantung pada bagian-bagian yang melaksanakannya terutama pemimpin dari pelaksanakan manajemen itu sendiri. Indonesia sebagai negara yang mempunyai pemerintahan juga mempunyai manajemen tertentu dalam pemerintahannya. Manajemen pemerintahan di Indonesia ini dipimpin oleh Presiden sebagai kepala perintahan. Presiden sangat berperan penting dalam manajemen negara. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui bagaimana kepemimpinan yang baik, maka kita perlu menganalisis, apakah pelaksanaan manajemennya sesuai dengan rancangan atau tujuan manajemen yang hendak dicapai. Dalam makalah ini, kelompok kami menganalisis mengenai kepemiminan Presiden RI ke-3, B.J. Habibie.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana kepemimpinan B.J. Habibie di Indonesia ?

C.     TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Menjelaskan kepemimpinan B.J. Habibie.

D.    MANFAAT PEMBAHASAN
1.      Mengetahui kepemimpinan B.J. Habibie.




BAB II
PENBAHASAN
1.      Sistem Kepemimpinan B.J.Habibie
B.J. Habibie merupakan sosok yang berdedikasi tinggi dan cerdas. Habibie mempunyai banyak posisi sebagai pemimpin dalam perusahaan-perusahaan, namun dalam hal memimpin negara, beliau masih harus belajar karena sebelumnya beliau belum mengenal suasana politik.
Dalam kepemimpinannya, Habibie memiliki gaya kepemimpinan dedikatif-fasilitatif guna mewujudkan sendi kepemimpinan demokratik. Selain bersifat demokrasi, Habibie juga mempunyai sifat yang sangat tegas dan cepat dalam bertindak namun beliau tidak pernah memikirkan resiko yang akan di timbulkan. Habibie juga merupakan pemimpin yang berkarakteristik tidak mau kalah pada siapapun. Hal ini tampak pada kasus Timor Timur yang berakhir pada lepasnya Timor Timur.
Pada masa kepemimpinannya, Habibie membuka kebebasan pers dan benar-benar demokratis. Beliau juga sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Habibie adalah pemimpin yang suka melakukan uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat.
Kebijakan yang dikeluarkan B.J.Habibie pada masa kepemimpinannya:
a.       Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Merekapitulasi perbankan.
-          Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
-          Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingga dibawah Rp.10.000,-.
-          Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
-          Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
-          Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
-          Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik. Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat.
-          Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
b.      Bidang Politik
-          Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.
-          Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch. Pakpahan.
-          Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
-          Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu,
·         UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
·         UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
·         UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
­   Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu,
·         Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang Referendum.
·         Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
·         Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di Luar Batas Perundang-undangan.
·         Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.
c.       Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUUP untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehungga muncul berbagai macam media massa cetak, baik surat kabar maupun  majalah.
d.      Bidang Hukum
Untuk melakukan refomasi hukum, ada beberapa hal yang dilakukan dalam pemerintahan B.J. Habibie yaitu,
1)                   Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri.
2)                   Melahirkan 69 Undang-undang.
3)                   Penataan ulang struktur kekuasaan Kehakiman.
e.       Bidang Hankam
Di bidang Hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan ABRI.
f.       Pembentukan Kabinet
Presiden B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Reformasi Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perwakilan dari ABRI, GOLKAR, PPP, dan PDI.
g.      Kebebasan Menyampaikan pendapat
Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat di depan umum, baik dalam rapat maupun unjuk rasa. Dan mengatasi terhadap pelanggaran dalam penyampaian pendapat ditindak dengan UU No. 28 tahun 1998.
h.      Masalah Dwifungsi ABRI
Ada beberapa perubahan yang muncul pada pemerintahan B.J. Habibie, yaitu :
-          Jumlah anggota ABRI yang duduk di kursi MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 35 orang.
-          Polri memisahkan diri dari TNI dan menjadi Kepolisian Negara
-          ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara, Darat,  dan Laut.
i.        Pemilihan Umum 1999
Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan oleh MPR, B.J. Habibie mengadakan beberapa perubahan yaitu,
­   Menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil)
­   Mencabut 5 paket undang-undang tentang politik yaitu undang-undang tentang Pemilu; Susunan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR/DPR; Partai Politik dan Golkar; Referendum; serta Organisasi Massa
­   Menetapkan 3 undang-undang politik baru yaitu Undang-undang Partai Politik; Pemilihan Umum; dan Susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
­   Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.

Dalam kepemimpinannya, Habibie memiliki prinsip, sikap, dan kebijakan sebagai berikut:
a.       Saya harus banyak mendengar dan tidak boleh terbuka menceritakan kepada siapa saja apa yang akan direncanakan dan dilakukan. Termasuk kepada istri, anak, adik, keluarga, kawan dekat dan sebagainya saya harustertutup. Ini adalah keputusan yang harus diambil dan paling berat untuk dilaksanakan karena bertentangan dengan prilaku, karakter dan sifat saya yang sangat bebas, terbuka dan transparan.
b.      Saya mewarisi bentuk institusi kepresidenan yang sangat berkuasa dalam lingkungan  dan budaya feodal.  Hal ini harus segera saya akhiri, tanpa memberi kesan yang dapat disimpulkan sebagai “penguasa” yang lemah dan takut.
c.       Tahanan politik harus segera dilepaskan dan tidak boleh lagi terjadi bahwa orang yang bertentangan dengan pendapat atau rencana Presiden, harus dimasukkan ke dalam penjara, kecuali mereka yang terbukti telah melaksanakan tindakan criminal.
d.      Kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, dan kebebasan unjuk rasa harus segera dilaksanakan.
e.       Saya menyada ri dan dapat mengerti, jikalau yang pernah dirugikan dalam masa Orde Baru menilai negatif, bahkan bersikap anti kepada saya karena kedudukan dan kedekatan saya dengan kekuasaan selama hampir 25 tahun lamanya, serta menganggap saya ikut bertanggung jawab at as terjadinya multikrisis yang dihadapi. Oleh karena itu, sikap saya dalam menghadapi semua persoalan harus arif dan toleran demi persatuan dan kesatuan dua ratus juta lebih penduduk Indonesia.
f.       DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang demokratis.  Dan kesempatan terbuka untuk mendirikan partai politik apa saja, diperbolehkan asal tidak melanggar UUD  ’45  dan Ketetapan MPR. Untuk itu saya harus berkonsultasi dengan MPR.
g.      Sidang Istimewa MPR harus segera diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memberi dasar hukum bagi reformasi dan pemilu yang dibutuhkan. Hanya dengan demikian, suatu revolusi dan khaos, yang bisa memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dicegah.
Suatu kepemimpinan akan terbentuk dengan baik apabila mempunyai kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan. Dalam suatu kepemimpinan, tentu kita mengharapkan adanya kepemimpinan yang baik. Meski dalam pelaksanaannya pemimpin mempunyai teori, pendekatan, dan cara komunikasi yang berbeda, pada dasarnya pemimpin yang baik mempunyai kelebihan dan kemampuan yang menjadi syarat bagi pemimpin untuk menjadi seorang pemimpin yang baik.
Beberapa kelebihan yang harus dimiliki pemimpin:
a.       Kapasitas seperti kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara (verbal facility ), keaslian, kemampuan manilai.
b.      Prestasi (echievement ) seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan prestasi dalam olahraga.
c.       Tanggung jawab seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan punya hasrat untuk unggul.
d.      Partisipasi seperti aktif, memiliki jiwa sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif  atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan, punya rasa humor.
e.       Status seperti meliputi kedudukan sosial- ekonomi yang cukup tinggi,
popular dan tenar.
                        Kemampuan karakteristik yang harus dimiliki pemimpin:
a.       Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism )
b.      Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda ( corius ).
c.       Multi trampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
d.      Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
e.       Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
f.       Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.
g.      Sabar namun ulet, serta tidak berhenti.
h.      Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
i.        Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
j.        Berjiwa wiraswasta.
k.      Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko.
l.        Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.
m.    Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan.
n.      Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.
o.      Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi 











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, kesimpulan dari analisis kemimpinan B.J.Habibie adalah Habibie sudah cukup baik dalam menjadi pemimpin. Namun Habibie sebagai pemimpin masih kurang sabar dan ulet, belum mampu mengendalikan emosi dan tidak waspada serta Habibie juga kurang matang dalam melakukan pertimbangan dan mengambil suatu keputusan.














DAFTAR PUSTAKA


intelegensi dan intelektual



BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Setiap individu memiliki otak yang digunakan untuk berpikir. Berpikir itu merupakan gabungan antara kecerdasan, intelektual, dan intelegensi. Semua itu adalah satu kesatuan yang saling terkait.
Anak ialah sesosok individu kecil. Di mana kecerdasannya berkembang pada masa golden years. Pada masa tersebut akan terjadi hubungan antara sel-sel saraf. Baik kuantitas dan kualitas sambungan ini menentukan kecerdasan anak. Anak berpikir dengan menggunakan inteleknya. Kemampuan intelegensilah yang menentukan cepat atau tidaknya suatu tugas atau masalah dapat terselesaikan. Kecerdasan setiap anak berbeda-beda, bahkan anak kembar yang genetisnya sama memiliki kecerdasan yang berbeda.
Kecerdasan memiliki manfaat yang besar bagi diri setiap anak dan bagi pergaulannya di masyarakat. Karena dengan tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin dihargai di lingkungannya, apalagi ia mampu berkiprah dan dapat menciptakan hal-hal yang baru.
Baik kecerdasan, intelektual, dan intelegensi dari setiap anak harus selalu dikembangkan. Karena anak harus menjadi anak-anak yang sukses dan cerdas. Jadi, semua itu harus diasah untuk memperoleh kecerdasan yang maksimal. Peran orang tua, guru, dan masyarakat sangatlah penting dalam perkembnagan kecerdasan anak.

2.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apa itu kecerdasan intelektual dan multiple intelegensi?
B.     Apa saja karakteristik perkembangan intelektual dan intelegensi?
C.     Apa faktor yang mempengaruhi intelektual dan intelegensi?



3.      TUJUAN PEMBAHASAN
A.    Menjelaskan mengenai pengertian intelektual dan intelegensi.
B.     Menjelaskan karakteristik perkembangan intelektual dan intelegensi.
C.     Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual dan intelegensi.

4.      MANFAAT PEMBAHASAN
A.    Mengetahui pengertian intelektual dan intelegensi.
B.     Mengetahui karakteristik intelektual dan intelegensi.
C.     Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual dan intelegensi.




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kecerdasan Intelektual (Intelegensi) dan Multiple Intelegensi
Kecerdasan Intelektual atau Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”, yang artinya akal, kecerdasan, terpelajar. Ada beberapa rumusan definisi inteligensi yang dikemukakan para ahli psikologi. Namun, karena antara definisi yang satu dengan yang lainnya berbeda, maka belum diperoleh satu definisi pun yang tepat. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang intelegensi.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli:
1)      Edward Thorndike Menurut Edward
Intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact.
2)      William Stern Wiliiam
Inteligensi kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan baru dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat.
3)      Bigot-Khostamm Menurut Bigot
Inteligensi adalah suatu kemampuan untuk melakukan perbuatan jiwa dengan cepat.
4)      Witherington Menurutnya inteligensi bukan suatu kekuatan, bukan suatu daya, bukan suatu sifat. Inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
5)      David Wechsler (1958) Beliau
Inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
6)      Suryabrata (1982)
Intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi. Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Istilah intelegensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang intelegensi pun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian tentang otak manusia secar fisik maupun potensinya.
Seorang filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California, meneliti tentang potensi otak dan sifat-sifat fisiknya. Otak merupakan sekumpulan jaringan saraf yang terdiri dari dua bagian, yaitu otak besar dan otak kecil. Otak besar terdiri dari 2 belahan kiri dan belahan kanan, kedua belahan tersebut dihubungakan oleh serabut saraf. Ia menemukan bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Kedua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri mempunyai fungsi masing-masing. Belahan otak kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup metematika, bahasa, logika, analisis, menulis, dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. Sedangkan otak sebelah kanan menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, musik, irama/ritme, melamun dan aktivitas-aktifitas lain yang sejenis. Ia mengatakan bahwa semua manusia memiliki kemampuan tersebut, karena setiap manusia memiliki satu otak yang utuh. Proses berfikir, menurut Ornstein adalah menyajikan dan menangkap kombinasi informasi yang kompleks antara kata-kata, gambar, warna, suara, dan lain-lain mendekati operasi alamiah dan berfikir.
Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard, meneliti tentang intelegensi/kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya ia menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan intelegensi ganda atau Multiple Inntelegences.
Yang dimaksud dengan multiple intelegensi/intelegensi majemuk adalah kemampuan untuk memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Sama seperti Ornstein, Gardner menyebutkan bahwa intelegensi seseorang terdiri dari intelegensi bahasa/linguistic, logis matematis, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musical, dan naturalis. Perbedaan pendapat antara Ornstein dan Gardner adalah Gardner tidak memisahkan letak jenis-jenis intelegensi di belahan otak. Ia lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis intelegensi tersebutharus dikembangkan secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh kemampuannya secara maksimal.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kedelapan intelegensi tersebut. Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah, atau system pendidikan (kurikulum) nasional, sehingga kurang berkembang. Padahal dengan mengembangkan seluruh potensi intelegensi anak sejak dini, berarti kita memberi anak jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses kelak di kemudian hari. Kebanyakan anak memiliki sejumlah intelegensi yang dominan dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara yang berbeda. Jika kita melihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun dapat juga berarti sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu minat yang kuat.
Ornstein dan Gardner sependapat bahwa seluruh potensi otak tersebut harus diberdayakan untuk mencapai kompetensi tertentu baik untuk kegiatan pembelajaran di sekolah atau pendidikan di rumah. Seluruh potensi otak diberi kesempatan yang sama melalui berbagai aktivitas dan stimulus yang diberikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Guru perlu mengembangkan suatu program pembelajaran yang dapat memberdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi tersebut yang dimiliki setiap anak didik untuk mencapai kompetensi tertentu dalam suatu kurikulum.
Dan pada akhirnya anak didik menjadi cerdas karena seluruh intelegensinya berkembang secara berimbang. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Pendidikan Nasioal Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Adapun aspek-aspek dalam perrkembangan intelektual yaitu:
1)      Perkembangan Kognitif
Anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret yaitu, pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu.



2)      Berpikir Operasional
Anak-anak dapat berpikir secara operasional. Mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak yang praoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang obyek dan kejadian-kejadian sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara belajar mereka masih terikat pada pengalaman fisik. Anak-anak yang ada pada tahap operasional konkret lebih baik daripada anak-anak yang praoperasioial dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka. Kemudian dapat mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang,
dapat membedakan antara kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Karena pada dewasa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan pada tahapan operasi konkret lebih bersifat kritis mereka lebih banyak dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek, sebagairnana yang mereka lakukan pada praoperasiorial. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagai operasi fisik dapat diganti. Peningkatan kemapanan mereka untuk mengeni terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih fleksibel. Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada waktu mereka masih muda, cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada suatu hal yang sedang mereka hadapi.
Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi formal, di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir secara abstrak, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).
3)      Konservasi
Konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola. Dia setuju bahwa bola tersebut memang sama. Dia mengatakan bahwa substansi konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan, keadaannya tetap tidak berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam konservasi berat, dia juga mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama sekalipun dipanaskan, demikian pula apabila bola tersebut dimasukkan ke air.
Anak-anak mengembangkan perbedaan berbagai tipe dan konservasi dalam waktu yang berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi pada usia 9 atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat dan pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume. Pada dasarnya ketiga jenis konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anak-anak belum mampu mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi satu tipe kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam hubungan ini kita dapat melihat bahwa, berbagai alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab kondisi tersebut masih tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat mengaplikasikan operasi dasar mental yang sama pada situasi yang berlainan.
4)      Konservasi Dikembangkan
Pada umumnya anak-anak bergerak dengan melalui tiga tahapan dalam menguasai konservasi sebagaimana dikemukakan di atas. Pada tahap pertama, anak-anak praoperasional gagal mengkonservasi. Mereka memusatkan perhatian pada suatu aspek dalam situasi tertentu. Mereka belum mengerti bahwa tempat prnyimpanan bola dapat di isi dengan bola lebih dari satu. Sebab anak-anak praoperasional tidak mengerti tentnng konsep perubahan, mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa, mereka dapat merubah sesuatu, misalnya dengan menggerakkan suatu benda (bola) tanpa merubah bentuknya.
Pada tahap kedua, anak-anak kembali pada kondisi bahwa kadang-kadang mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya. Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai hal dan tidak terpaku pada satu aspek saja dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar, panjang, dan tebal akan tetapi mereka gagal mengetahui sebagaimana berbagai dimensi tersebut berhubungan satu sama lain.
Pada tahap ketiga, yaitu tahap terakhir, anak-anak dapat mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara logis atas jawaban yang mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada perubahan, identitas, atau kompensasi. Jadi, anak-anak pada opernsional konkret menunjukkan suatu kualitas kognitif lebih lanjut daripada anak-anak praoperasional. Mereka dapat berpikir lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya merupakan persepsi. Piaget menekankan bahwa perkembangan kemampuan anak-anak untuk mengkonservasi akan lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang dan konservasi hanya sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Sekalipun demikian terdapat faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat mempengaruhi konservasi. Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan mampu mencapai tingkat yang lebih dalam hal IQ, kemampuan verbal dan tidak didominasi oleh ibunya.
Selain aspek-aspek diatas, juga terdapat tahap-tahap dalm perkembangan intelektual, yaitu:
1)      Tahap Sensori-Motoris (0-2 Tahun)
Kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan tahap tersebut. Menurut Peaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:28), “pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya”. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungan termasuk dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasi tindakan-tindakannya.
2)    Tahap Praoprasional (2-7 Tahun)
      Tahap ini disebut dengan tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitar.
      Pada tahap ini, menurut Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:28), “anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya”. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit membaca kesempatan atau kemungkinan-kemungkinan karena masih beranggapan bahwa, hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi.
      Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan pengamatan indrawi saja, tetapi pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara pada anak, maka akan berakibat baik pada perkembangan bahasanya. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini ialah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kita lihat anak berbicara sendiri dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, misalnya: pohon , kucing, boneka, dan lain-lain. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Tahap ini disebut sebagai collective monologue, pembicara yang egosentris dan sedikit hubungan dengan orang lain.
3)    Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
      Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:29) bahwa, “interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang”. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
      Pada tahap ini, anak juga sudah mulai memahami hubungan fungisional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berpikir anak yang masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Contohnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi memakai cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru  sehingga anak tidak setuju. Sementara seringkali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak.
4)    Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)
      Pada tahap ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:29) menyatakan bahwa, “interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa”. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, paada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
      Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka pada sutu kegiatan, akan lebih memberikan akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, lomba karya ilmiah, menulis puisi, menulis cerpen, dan sebagainya.

B.     Karakteristik Perkembangan Intelektual dan Multiple Intelegensi
Karakteristik perkembangan intelektual (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:31-33) yaitu sebagai berikut:
1)      Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol yaitu:
a)      Segala tindakannya masih bersifat naluriah.
b)      Aktifitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra.
c)      Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengategorikan pengalaman.
d)     Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-skema sensoris-motorisnya.

Untuk memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini yaitu:
a)      Fase pertama (0-1 bulan) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·         Individu mampu bereaksi secara refleks.
·         Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum  terkoordinir.
·         Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasi berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
b)      Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa, individu mampu memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas.
c)      Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa, individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d)     Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
·         Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orang tua.
·         Individu mulai mampu mencoba sesuatu.
e)      Fase kelima (12-18 bulan) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·         Individu dapat melakukan berbagai percobaan terhadap lingkungannya dengan lebih lancar.
·         Individu mulai mampu untuk meniru.
2)      Karakteristik Tahap Praoprasional
Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol yaitu sebagai berikut:
a)      Individu telah mengombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi.
b)      Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide.
c)      Individu telah mengerti dengan adanya hubungan sebab-akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab-akibat belum tepat.
d)     Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku:
·         Berpikir imajinatif.
·         Berbahasa egosentris.
·         Menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi.
·         Perkembangan bahasa bertambah pesat.
3)      Karakteristik Tahap Operasional Konkret
 Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak, meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, individu mudah memahami konsep kalau mengerti konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
4)      Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:
a)      Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
b)      Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
c)      Individu mulai mampu memecahkan problem yang bersifat hipotesis.
d)     Individu mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan.
e)      Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
f)       Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
g)      Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.


Karakteristik intelegensi atau kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gaerdner, yaitu sebagai berikut :
1)      Intelegensi Berbahasa (Linguistik) (Cerdas Kata/Word Smart)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis. Anak dengan intelegensi/kecerdasan ini memiliki kepekaan terhadap makna dan susunan kata-kata dan mereka sering menggunakan perbendaharaan kata yang luas. Karakteristik individu yang menunjukan kemampuan dalam intelegensi berbahasa, adalah:
a)                    Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng.
b)                    Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbhasa asing.
c)                    Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tertulis. Pandai menafsirkan kata-kataatau paragraf baik secara lisan maupun tertulis. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
d)                   Pandai mengingat dan menghafal.
e)                    Mudah mengungkapkan perasaan baiklisan maupun tulisan.
f)                     Humoris.

2)      Intelegensi Logis – Matematis (CerdasLogika-Mateamatik/Logic Smart)
Intelegensi logis-matematis adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis. Intelegensi/kecerdasan ini membuat anak memiliki kemampuan mengenali pola-pola suatu kejadian dan susunannya, mereka senang bekerja dengan angka, ingin mengetahui sejauh mana cara kerja suatu benda. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi logis-matematis adalah:
a)        Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.
b)       Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c)        Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d)       Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e)        Senang silogisme, berpikir abstraksi dan simbolis.
f)        Mengoleksi benda-benda dan mencatat koleksinya.

3)      Intelegensi Visual Spasial (Cerdas Gambar/Picture Smart)
Intelegensi visual spasial, yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan gambar. Seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Anak dengan intelegensi/kecerdasan ini memiliki kemampuan memahami alam secara akurat dan menciptakan ulang aspek-aspek alam seperti menggambar pemandangan. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi visual-spasial adalah:
a)      Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel.
b)      Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c)      Pandai memvisualisasikan ide serta Imajinasinya aktif.
d)     Mudah menemukan jalan dalam ruang.
e)      Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
f)       Senang membuat rumah-rumahan dari balok.
g)      Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.

4)      Intelegensi Musikal (Cerdas Musik/Music Smart)
Intelegensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan arah nada, ritme, irama, dan melodi juga pada suara alam. Anak dengan intelegensi ini memiliki kepekaan terhadap pola titi nada, melodi, ritme, dan nada.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi musikal :
a)      Pandai mengubah atau mencipta musik.
b)      Gemar mendengar dan atau memainkan alat musik.
c)      Senang dan pandai bernyanyi, bersenandung.
d)     Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
e)      Mudah menangkap musik dan Peka terhadap suara dan musik.
f)       Dapat membedakan bunyi berbagai alat musik.
g)      Bergerak sesuai irama, seperti mengetukkan jari sesuai irama.
5)      Intelegensi Kinestik tubuh (Cerdas Tubuh/Body Smart)
Yang dimaksud dengan intelegensi ini adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Anak dengan intelegensi ini mampu menggunakan tubuh secara terampil dan menangani benda-benda dengan tangkas, umunya mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan dari pada melihat atau mendengar. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi kinestik :
a)      Senang menari, akting.
b)      Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c)      Mudah berekspresi dengan tubuh.
d)     Mampu memainkan mimik, Cenderung menggunakan bahasa tubuh.
e)      Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f)       Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari, dan berolah raga.
g)      Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h)      Sering bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i)         Senang kegiatan diluar rumah.

6)      Intelegensi Intrapersonal (Cerdas Diri/Self Smart)
Initelegensi ini yaitu kemampuan berfikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi. Intelegensi ini menjadikan anak memiliki kemampuan menggunakan kemampuan emosional untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini biasanya suka mencatat apapun yang dipikirkan atau dirasakan, mampu menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan keterbatasannya, gemar menikmati rekreasi sendirian seperti menyendiri di kamar sambil mendengarkan musik. Berikut ini karakteristik dari individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi intrapersonal :
a)      Mampu menilai diri sendiri/instropeksi diri, bermeditasi.
b)      Mudah mengelola dan menguasai perasaannya.
c)      Sering mengamati dan mendengarkan.
d)     Bisa bekerja sendirian dengan baik.
e)      Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas.
f)       Berjiwa independent/bebas.
g)      Mudah berkonsentrasi dan Keseimbangan diri.
h)      Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
i)        Sadar akan realitas spiritual.

7)      Intelegensi Interpersonal (Sosial) (Cerdas Bergaul/People Smart)
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi, memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Anak dengan kecerdasan ini biasanya memiliki banyak teman, menyukai permainan yang memiliki banyak teman, cenderung jadi penengah diantara teman-temannya, menjadi pemain tim yang istimewa karena mampu bekerjasama dengan baik dengan kata lain terampil berhubungan dengan orang lain. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi interpersonal :
a)                     Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.
b)                    Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok / klub, bekerjasama dengan tim dan Senang permainan berkelompok dari pada individual.
c)                     Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
d)                    Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal.
e)                     Peka terhadap teman.
f)                     Suka memberi feedback.
g)                    Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.

8)      Intelegensi Naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart)
Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Anak dengan kecerdasan ini mampu mengenali dan mengelompokkan sejumlah binatang atau tanaman. Ia biasanya banyak berada diluar ruangan, suka mengumpulkan batu-batuan dan menangkap serangga, senang berhubungan dengan alam seperti merawat tanaman atau binatang. Berikut ini karakteristik individu yang dapat tergolonhkan oleh intelegensi naturalis :
a)               Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan binatang, berburu.
b)              Pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman.
c)               Senang kegiatan di alam terbuka.




C.     Faktor yang Mempengaruhi Intelektual dan Multiple Intelegensi
1)      Faktor Hereditas atau Pembawa
           Faktor pembawa, di mana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Jadi, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali. Meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2)      Faktor Lingkungan
a)      Keluarga
     Disini keluarga yaitu orang tua ialah orang pertama yang memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Contohnya, memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b)      Sekolah
     Merupakan lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikirnya. Disini, peran guru sangat diperlukan dengan beberapa cara yaitu:
·         Menciptakan hubungan atau interaksi dengan peserta didik. Dengan adanya interaksi tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman dan nyaman, sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.
·         Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik.
·         Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan akan terganggu.
·         Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
3)      Faktor Minat dan Pembawaan yang khas
           Di mana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. “Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk lebih giat dan lebih baik” (H. Djaali, 2011:74).
4)      Faktor pembentukan
           Di mana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya.
5)      Faktor Kematangan
           Di mana setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Jadi, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan soal-soal pelajaran, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuh dan fungsi jiwanya masih belum matang dan kematangan berhubungan dengan umur.
6)      Faktor Kebebasan
           Di sini manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.




















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Jadi, intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi. Intelegensi memiliki aspek-aspek perkembangan intelektual yaitu berpikir kognitif, berpikir operasional, konservasi, dan mengembangkan konservasi. Intelegensi juga memiliki tahap-tahap perkembangan intelektual yaitu sensori motoris, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.Faktor-faktor perkembangan intelektual yaitu hereditas atau keturunan, lingkungan (keluarga dan sekolah), pembentukan pembawaan yang khas, dan kematangan.
Karakteristik perkembangan intelektual yaitu berdasarkan tahap-tahap perkembangan intelektual yang memiliki karakteristik tersendiri seperti sensori motoris, praoperasional, operasional konkret, operasional formal. Sebagai perwujudan kemampuan intelektual individu sesuai perkembangannya.
Bila kita perhatikan dalam kehidupan maka hubungan intelektual dengan tingkah laku yaitu terjadi interaksi atau komunikasi antara individu dengan lingkungannya, sehingga akan terjadi hubungan timbal balik. Melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.