BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Setiap individu memiliki otak yang
digunakan untuk berpikir. Berpikir itu merupakan gabungan antara kecerdasan,
intelektual, dan intelegensi. Semua itu adalah satu kesatuan yang saling
terkait.
Anak ialah sesosok individu kecil.
Di mana kecerdasannya berkembang pada masa golden years. Pada masa tersebut
akan terjadi hubungan antara sel-sel saraf. Baik kuantitas dan kualitas
sambungan ini menentukan kecerdasan anak. Anak berpikir dengan menggunakan
inteleknya. Kemampuan intelegensilah yang menentukan cepat atau tidaknya suatu
tugas atau masalah dapat terselesaikan. Kecerdasan setiap anak berbeda-beda,
bahkan anak kembar yang genetisnya sama memiliki kecerdasan yang berbeda.
Kecerdasan memiliki manfaat yang
besar bagi diri setiap anak dan bagi pergaulannya di masyarakat. Karena dengan
tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin dihargai di
lingkungannya, apalagi ia mampu berkiprah dan dapat menciptakan hal-hal yang
baru.
Baik kecerdasan, intelektual, dan
intelegensi dari setiap anak harus selalu dikembangkan. Karena anak harus
menjadi anak-anak yang sukses dan cerdas. Jadi, semua itu harus diasah untuk
memperoleh kecerdasan yang maksimal. Peran orang tua, guru, dan masyarakat
sangatlah penting dalam perkembnagan kecerdasan anak.
2.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa itu kecerdasan intelektual dan
multiple intelegensi?
B. Apa saja karakteristik perkembangan
intelektual dan intelegensi?
C. Apa faktor yang mempengaruhi
intelektual dan intelegensi?
3.
TUJUAN
PEMBAHASAN
A. Menjelaskan mengenai pengertian
intelektual dan intelegensi.
B. Menjelaskan karakteristik
perkembangan intelektual dan intelegensi.
C. Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi intelektual dan intelegensi.
4.
MANFAAT
PEMBAHASAN
A. Mengetahui pengertian intelektual
dan intelegensi.
B. Mengetahui karakteristik intelektual
dan intelegensi.
C. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi intelektual dan intelegensi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kecerdasan Intelektual (Intelegensi) dan Multiple Intelegensi
Kecerdasan
Intelektual atau Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang
juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”, yang
artinya akal, kecerdasan, terpelajar. Ada beberapa rumusan definisi inteligensi
yang dikemukakan para ahli psikologi. Namun, karena antara definisi yang satu
dengan yang lainnya berbeda, maka belum diperoleh satu definisi pun yang tepat.
Oleh karena itu, untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang
intelegensi.
Berikut
ini adalah beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli:
1) Edward
Thorndike Menurut Edward
Intelligence is
demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand
point of truth or fact.
2) William
Stern Wiliiam
Inteligensi
kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan
baru dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat.
3) Bigot-Khostamm
Menurut Bigot
Inteligensi
adalah suatu kemampuan untuk melakukan perbuatan jiwa dengan cepat.
4) Witherington
Menurutnya inteligensi bukan suatu kekuatan, bukan suatu daya, bukan suatu
sifat. Inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
5) David
Wechsler (1958) Beliau
Inteligensi
sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif.
6) Suryabrata
(1982)
Intelegensi
didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang
dihadapi. Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Istilah
intelegensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Namun sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang intelegensi pun berkembang.
Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian tentang
otak manusia secar fisik maupun potensinya.
Seorang
filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California, meneliti tentang
potensi otak dan sifat-sifat fisiknya. Otak merupakan sekumpulan jaringan saraf
yang terdiri dari dua bagian, yaitu otak besar dan otak kecil. Otak besar
terdiri dari 2 belahan kiri dan belahan kanan, kedua belahan tersebut
dihubungakan oleh serabut saraf. Ia menemukan bahwa otak manusia memiliki
kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Kedua belahan,
yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri mempunyai fungsi masing-masing.
Belahan otak kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup
metematika, bahasa, logika, analisis, menulis, dan aktivitas-aktivitas lain yang
sejenis. Sedangkan otak sebelah kanan menangani aktivitas-aktivitas yang
mencakup imajinasi, warna, musik, irama/ritme, melamun dan aktivitas-aktifitas
lain yang sejenis. Ia mengatakan bahwa semua manusia memiliki kemampuan
tersebut, karena setiap manusia memiliki satu otak yang utuh. Proses berfikir,
menurut Ornstein adalah menyajikan dan menangkap kombinasi informasi yang
kompleks antara kata-kata, gambar, warna, suara, dan lain-lain mendekati
operasi alamiah dan berfikir.
Prof.
Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard,
meneliti tentang intelegensi/kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak
boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan
kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia
mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam
mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya ia menemukan bahwa setiap orang
memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya
dengan intelegensi ganda atau Multiple Inntelegences.
Yang
dimaksud dengan multiple intelegensi/intelegensi majemuk adalah kemampuan untuk
memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai
dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika
dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan
masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Sama seperti Ornstein, Gardner
menyebutkan bahwa intelegensi seseorang terdiri dari intelegensi bahasa/linguistic,
logis matematis, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
musical, dan naturalis. Perbedaan pendapat antara Ornstein dan Gardner adalah
Gardner tidak memisahkan letak jenis-jenis intelegensi di belahan otak. Ia
lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis intelegensi tersebutharus dikembangkan
secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh kemampuannya
secara maksimal.
Pada
dasarnya setiap anak memiliki kedelapan intelegensi tersebut. Hanya saja,
sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah,
atau system pendidikan (kurikulum) nasional, sehingga kurang berkembang.
Padahal dengan mengembangkan seluruh potensi intelegensi anak sejak dini,
berarti kita memberi anak jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses kelak
di kemudian hari. Kebanyakan anak memiliki sejumlah intelegensi yang dominan
dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara yang berbeda.
Jika kita melihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan
anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun dapat juga
berarti sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu
minat yang kuat.
Ornstein
dan Gardner sependapat bahwa seluruh potensi otak tersebut harus diberdayakan
untuk mencapai kompetensi tertentu baik untuk kegiatan pembelajaran di sekolah
atau pendidikan di rumah. Seluruh potensi otak diberi kesempatan yang sama
melalui berbagai aktivitas dan stimulus yang diberikan dan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing individu. Guru perlu mengembangkan suatu program
pembelajaran yang dapat memberdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi
tersebut yang dimiliki setiap anak didik untuk mencapai kompetensi tertentu
dalam suatu kurikulum.
Dan pada
akhirnya anak didik menjadi cerdas karena seluruh intelegensinya berkembang
secara berimbang. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Pendidikan Nasioal Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
menngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Adapun
aspek-aspek dalam perrkembangan intelektual yaitu:
1) Perkembangan
Kognitif
Anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret
yaitu, pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu.
2) Berpikir
Operasional
Anak-anak dapat berpikir secara operasional. Mereka dapat
mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu
kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang
merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak
yang praoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang obyek dan
kejadian-kejadian sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara belajar mereka
masih terikat pada pengalaman fisik. Anak-anak yang ada pada tahap operasional
konkret lebih baik daripada anak-anak yang praoperasioial dalam mengadakan
klasifikasi, bekerja dengan angka-angka. Kemudian dapat mengetahui
konsep-konsep waktu dan ruang,
dapat membedakan antara kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
dapat membedakan antara kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Karena pada dewasa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya,
dan pada tahapan operasi konkret lebih bersifat kritis mereka lebih banyak
dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya memfokuskan pada suatu
aspek, sebagairnana yang mereka lakukan pada praoperasiorial. Mereka sadar
bahwa pada umumnya berbagai operasi fisik dapat diganti. Peningkatan kemapanan
mereka untuk mengeni terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi
lebih efektif dan dapat berpikir lebih fleksibel. Akan tetapi anak-anak usia
sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada waktu mereka masih muda,
cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau kejadian pada waktu
sekarang, artinya terikat pada suatu hal yang sedang mereka hadapi.
Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap
berbagai operasi formal, di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak
mampu berpikir secara abstrak, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan
(probabilitas).
3) Konservasi
Konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui
bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume
selama tidak ditambah atau dikurangi.
Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua
bola. Dia setuju bahwa bola tersebut memang sama. Dia mengatakan bahwa
substansi konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan,
keadaannya tetap tidak berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam
konservasi berat, dia juga mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama
sekalipun dipanaskan, demikian pula apabila bola tersebut dimasukkan ke air.
Anak-anak mengembangkan perbedaan berbagai tipe dan
konservasi dalam waktu yang berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat
mengkonservasi substansi pada usia 9 atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat dan
pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume. Pada dasarnya ketiga jenis
konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anak-anak belum mampu
mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi satu tipe
kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam hubungan ini kita dapat melihat bahwa,
berbagai alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab
kondisi tersebut masih tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak
dapat mengaplikasikan operasi dasar mental yang sama pada situasi yang
berlainan.
4) Konservasi
Dikembangkan
Pada umumnya anak-anak bergerak dengan melalui tiga tahapan
dalam menguasai konservasi sebagaimana dikemukakan di atas. Pada tahap pertama,
anak-anak praoperasional gagal mengkonservasi. Mereka memusatkan perhatian pada
suatu aspek dalam situasi tertentu. Mereka belum mengerti bahwa tempat
prnyimpanan bola dapat di isi dengan bola lebih dari satu. Sebab anak-anak
praoperasional tidak mengerti tentnng konsep perubahan, mereka tidak mengetahui
dan tidak mengerti bahwa, mereka dapat merubah sesuatu, misalnya dengan
menggerakkan suatu benda (bola) tanpa merubah bentuknya.
Pada tahap kedua, anak-anak kembali pada kondisi bahwa
kadang-kadang mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya.
Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai hal dan tidak terpaku pada satu
aspek saja dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar, panjang, dan tebal
akan tetapi mereka gagal mengetahui sebagaimana berbagai dimensi tersebut
berhubungan satu sama lain.
Pada tahap ketiga, yaitu tahap terakhir, anak-anak dapat
mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara logis atas jawaban yang
mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada perubahan, identitas, atau
kompensasi. Jadi, anak-anak pada opernsional konkret menunjukkan suatu kualitas
kognitif lebih lanjut daripada anak-anak praoperasional. Mereka dapat berpikir
lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya merupakan persepsi.
Piaget menekankan bahwa perkembangan kemampuan anak-anak untuk mengkonservasi
akan lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang dan konservasi hanya
sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Sekalipun demikian terdapat
faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat mempengaruhi konservasi.
Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan mampu mencapai tingkat yang
lebih dalam hal IQ, kemampuan verbal dan tidak didominasi oleh ibunya.
Selain
aspek-aspek diatas, juga terdapat tahap-tahap dalm perkembangan intelektual,
yaitu:
1) Tahap Sensori-Motoris (0-2 Tahun)
Kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat
jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan tahap
tersebut. Menurut Peaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:28), “pada
tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama
dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya”. Dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan termasuk dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk
mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan
secara perlahan-lahan belajar mengoordinasi tindakan-tindakannya.
2)
Tahap
Praoprasional (2-7 Tahun)
Tahap ini disebut
dengan tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan
rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan,
kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna,
dan lingkungan sekitar.
Pada tahap ini,
menurut Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:28), “anak sangat
bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi
dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya”. Dalam berinteraksi dengan
orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan
lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, ia masih sulit membaca kesempatan atau kemungkinan-kemungkinan
karena masih beranggapan bahwa, hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam
setiap situasi.
Pada tahap ini,
anak tidak selalu ditentukan pengamatan indrawi saja, tetapi pada intuisi. Anak
mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat
dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca
dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara pada
anak, maka akan berakibat baik pada perkembangan bahasanya. Cara belajar yang
memegang peran pada tahap ini ialah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari
berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar.
Sering kita lihat anak berbicara sendiri dengan benda-benda yang ada di
sekitarnya, misalnya: pohon , kucing, boneka, dan lain-lain. Peristiwa semacam
ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Tahap ini
disebut sebagai collective monologue, pembicara yang egosentris dan sedikit
hubungan dengan orang lain.
3)
Tahap
Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Pada tahap ini,
anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang
rasa ingin tahunya. Menurut Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:29)
bahwa, “interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya sudah
semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang”.
Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan
pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih
objektif.
Pada tahap ini,
anak juga sudah mulai memahami hubungan fungisional karena mereka sudah menguji
coba suatu permasalahan. Cara berpikir anak yang masih bersifat konkret
menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi
tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua
dan guru. Contohnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah,
tetapi memakai cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru
sehingga anak tidak setuju. Sementara seringkali anak lebih percaya terhadap
apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara
tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak
dimengerti oleh anak.
4)
Tahap
Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pada tahap ini,
anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pekerjaannya yang merupakan hasil
dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga
dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Piaget (Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori, 2011:29) menyatakan bahwa, “interaksinya dengan lingkungan sudah amat
luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat
berinteraksi dengan orang dewasa”. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan
masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam
mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum
sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, paada tahap ini ada
semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
Karena pada tahap
ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai
mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti
simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka pada sutu
kegiatan, akan lebih memberikan akibat yang positif bagi perkembangan
kognitifnya. Misalnya, lomba karya ilmiah, menulis puisi, menulis cerpen, dan
sebagainya.
B.
Karakteristik
Perkembangan Intelektual dan Multiple Intelegensi
Karakteristik perkembangan
intelektual (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2011:31-33) yaitu sebagai
berikut:
1) Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap
sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol yaitu:
a) Segala tindakannya masih bersifat
naluriah.
b) Aktifitas pengalaman didasarkan
terutama pada pengalaman indra.
c) Individu baru mampu melihat dan
meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengategorikan pengalaman.
d) Individu mulai belajar menangani
objek-objek konkret melalui skema-skema sensoris-motorisnya.
Untuk
memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini yaitu:
a) Fase pertama (0-1 bulan) mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
·
Individu
mampu bereaksi secara refleks.
·
Individu
mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum terkoordinir.
·
Individu
mampu mengasimilasi dan mengakomodasi berbagai pesan yang diterima dari
lingkungannya.
b)
Fase
kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa, individu mampu memperluas skema
yang dimilikinya berdasarkan hereditas.
c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki
karakteristik bahwa, individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya
terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut:
·
Individu
mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan
akan muncul lagi di waktu lain.
·
Individu
mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orang tua.
·
Individu
mulai mampu mencoba sesuatu.
e) Fase kelima (12-18 bulan) mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
·
Individu
dapat melakukan berbagai percobaan terhadap lingkungannya dengan lebih lancar.
·
Individu
mulai mampu untuk meniru.
2) Karakteristik Tahap Praoprasional
Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol yaitu
sebagai berikut:
a) Individu telah mengombinasikan dan
mentransformasikan berbagai informasi.
b) Individu telah mampu mengemukakan
alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide.
c) Individu telah mengerti dengan
adanya hubungan sebab-akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika
hubungan sebab-akibat belum tepat.
d) Cara berpikir individu bersifat
egosentris ditandai oleh tingkah laku:
·
Berpikir
imajinatif.
·
Berbahasa
egosentris.
·
Menampakkan
dorongan ingin tahu yang tinggi.
·
Perkembangan
bahasa bertambah pesat.
3) Karakteristik Tahap Operasional
Konkret
Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa
segala sesuatu dipahami sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara
berpikir individu belum menangkap yang abstrak, meskipun cara berpikirnya sudah
tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat
kepada proses mengalami sendiri. Artinya, individu mudah memahami konsep kalau
mengerti konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
konsep tersebut.
4) Karakteristik Tahap Operasional
Formal
Tahap ini ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut:
a) Individu dapat mencapai logika dan
rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
b) Individu mulai mampu berpikir logis
dengan objek-objek yang abstrak.
c) Individu mulai mampu memecahkan
problem yang bersifat hipotesis.
d) Individu mulai mampu membuat
perkiraan (forecasting) di masa depan.
e) Individu mulai mampu untuk
mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
f) Individu mulai mampu membayangkan
peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
g) Individu mulai mampu untuk menyadari
diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam
masyarakat tersebut.
Karakteristik
intelegensi atau kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gaerdner, yaitu
sebagai berikut :
1) Intelegensi Berbahasa (Linguistik)
(Cerdas Kata/Word Smart)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir
dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan
kalimat baik lisan maupun tertulis. Anak dengan intelegensi/kecerdasan ini
memiliki kepekaan terhadap makna dan susunan kata-kata dan mereka sering
menggunakan perbendaharaan kata yang luas. Karakteristik individu yang
menunjukan kemampuan dalam intelegensi berbahasa, adalah:
a)
Senang
membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng.
b)
Senang
berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbhasa asing.
c)
Pandai
menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tertulis.
Pandai menafsirkan kata-kataatau paragraf baik secara lisan maupun tertulis.
Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
d)
Pandai
mengingat dan menghafal.
e)
Mudah
mengungkapkan perasaan baiklisan maupun tulisan.
f)
Humoris.
2) Intelegensi Logis – Matematis
(CerdasLogika-Mateamatik/Logic Smart)
Intelegensi logis-matematis adalah kemampuan berpikir dalam
penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis,
ilmiah, dan matematis. Intelegensi/kecerdasan ini membuat anak memiliki
kemampuan mengenali pola-pola suatu kejadian dan susunannya, mereka senang
bekerja dengan angka, ingin mengetahui sejauh mana cara kerja suatu benda.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi
logis-matematis adalah:
a)
Senang
bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.
b) Senang dan pandai berhitung dan
bermain angka.
c)
Senang
mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d) Mampu berpikir logis, baik induktif
maupun deduktif.
e)
Senang
silogisme, berpikir abstraksi dan simbolis.
f)
Mengoleksi
benda-benda dan mencatat koleksinya.
3) Intelegensi Visual Spasial (Cerdas
Gambar/Picture Smart)
Intelegensi visual spasial, yaitu kemampuan berpikir dalam
citra dan gambar. Seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Anak
dengan intelegensi/kecerdasan ini memiliki kemampuan memahami alam secara
akurat dan menciptakan ulang aspek-aspek alam seperti menggambar pemandangan.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi
visual-spasial adalah:
a) Senang merancang sketsa, gambar,
desain grafik, tabel.
b) Peka terhadap citra, warna, dan
sebagainya.
c) Pandai memvisualisasikan ide serta
Imajinasinya aktif.
d) Mudah menemukan jalan dalam ruang.
e) Mempunyai persepsi yang tepat dari
berbagai sudut.
f) Senang membuat rumah-rumahan dari
balok.
g) Mengenal relasi benda-benda dalam
ruang.
4) Intelegensi Musikal (Cerdas
Musik/Music Smart)
Intelegensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan arah
nada, ritme, irama, dan melodi juga pada suara alam. Anak dengan intelegensi
ini memiliki kepekaan terhadap pola titi nada, melodi, ritme, dan nada.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam intelegensi musikal :
a) Pandai mengubah atau mencipta musik.
b) Gemar mendengar dan atau memainkan
alat musik.
c) Senang dan pandai bernyanyi,
bersenandung.
d) Pandai mengoperasikan musik serta
menjaga ritme.
e) Mudah menangkap musik dan Peka
terhadap suara dan musik.
f) Dapat membedakan bunyi berbagai alat
musik.
g) Bergerak sesuai irama, seperti mengetukkan
jari sesuai irama.
5) Intelegensi Kinestik tubuh (Cerdas
Tubuh/Body Smart)
Yang dimaksud dengan intelegensi ini adalah kemampuan yang
berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang
mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan
dengan mudah dan cekatan. Anak dengan intelegensi ini mampu menggunakan tubuh
secara terampil dan menangani benda-benda dengan tangkas, umunya mereka lebih
mudah mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan dari pada melihat atau
mendengar. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
intelegensi kinestik :
a) Senang menari, akting.
b) Pandai dan aktif dalam olahraga
tertentu.
c) Mudah berekspresi dengan tubuh.
d) Mampu memainkan mimik, Cenderung
menggunakan bahasa tubuh.
e) Koordinasi dan fleksibilitas tubuh
tinggi.
f) Senang dan efektif berfikir sambil
berjalan, berlari, dan berolah raga.
g) Pandai merakit sesuatu menjadi suatu
produk.
h) Sering bergerak atau tidak bisa diam
dalam waktu yang lama.
i)
Senang kegiatan diluar rumah.
6) Intelegensi Intrapersonal (Cerdas
Diri/Self Smart)
Initelegensi ini yaitu kemampuan berfikir untuk memahami
diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi. Intelegensi ini
menjadikan anak memiliki kemampuan menggunakan kemampuan emosional untuk
memahami dirinya sendiri dan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini biasanya
suka mencatat apapun yang dipikirkan atau dirasakan, mampu menentukan dan
memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan
keterbatasannya, gemar menikmati rekreasi sendirian seperti menyendiri di kamar
sambil mendengarkan musik. Berikut ini karakteristik dari individu yang
menunjukkan kemampuan dalam intelegensi intrapersonal :
a) Mampu menilai diri
sendiri/instropeksi diri, bermeditasi.
b) Mudah mengelola dan menguasai
perasaannya.
c) Sering mengamati dan mendengarkan.
d) Bisa bekerja sendirian dengan baik.
e) Mampu mencanangkan tujuan, menyusun
cita-cita dan rencana hidup yang jelas.
f) Berjiwa independent/bebas.
g) Mudah berkonsentrasi dan
Keseimbangan diri.
h) Senang mengekspresikan
perasaan-perasaan yang berbeda.
i)
Sadar
akan realitas spiritual.
7) Intelegensi Interpersonal (Sosial)
(Cerdas Bergaul/People Smart)
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Anak yang mudah memahami orang lain dan
mementingkan relasi, memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Anak dengan
kecerdasan ini biasanya memiliki banyak teman, menyukai permainan yang memiliki
banyak teman, cenderung jadi penengah diantara teman-temannya, menjadi pemain
tim yang istimewa karena mampu bekerjasama dengan baik dengan kata lain
terampil berhubungan dengan orang lain. Berikut ini karakteristik individu yang
menunjukkan kemampuan dalam intelegensi interpersonal :
a)
Mampu
berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.
b)
Mampu
bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok / klub, bekerjasama
dengan tim dan Senang permainan berkelompok dari pada individual.
c)
Biasanya
menjadi tempat mengadu orang lain.
d)
Senang
berkomunikasi verbal dan non-verbal.
e)
Peka
terhadap teman.
f)
Suka
memberi feedback.
g)
Mudah
mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.
8) Intelegensi Naturalis (Cerdas
Alam/Nature Smart)
Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala
alam. Anak dengan kecerdasan ini mampu mengenali dan mengelompokkan sejumlah
binatang atau tanaman. Ia biasanya banyak berada diluar ruangan, suka
mengumpulkan batu-batuan dan menangkap serangga, senang berhubungan dengan alam
seperti merawat tanaman atau binatang. Berikut ini karakteristik individu yang
dapat tergolonhkan oleh intelegensi naturalis :
a)
Senang
terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi
dengan binatang, berburu.
b)
Pandai
melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman.
c)
Senang
kegiatan di alam terbuka.
C.
Faktor
yang Mempengaruhi Intelektual dan Multiple Intelegensi
1)
Faktor
Hereditas atau Pembawa
Faktor
pembawa, di mana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara
lain ditentukan oleh faktor bawaan. Jadi, di dalam satu kelas dapat dijumpai
anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali. Meskipun mereka menerima
pelajaran dan pelatihan yang sama.
2)
Faktor
Lingkungan
a)
Keluarga
Disini keluarga
yaitu orang tua ialah orang pertama yang memberikan pengalaman kepada anak
dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak
yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Contohnya, memberi kesempatan
kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut,
memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan,
alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas
anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang
tua.
b)
Sekolah
Merupakan lembaga
formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk
perkembangan berpikirnya. Disini, peran guru sangat diperlukan dengan beberapa
cara yaitu:
·
Menciptakan
hubungan atau interaksi dengan peserta didik. Dengan adanya interaksi tersebut,
secara psikologis peserta didik akan merasa aman dan nyaman, sehingga segala
masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.
·
Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli
dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang
perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek
tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang
perkembangan intelektual peserta didik.
·
Menjaga
dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun
menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta
didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan akan
terganggu.
·
Meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan
menyediakan situasi yang memungkinkan ide-idenya. Hal ini sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
3)
Faktor
Minat dan Pembawaan yang khas
Di mana
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. “Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk lebih giat dan lebih baik” (H. Djaali,
2011:74).
4)
Faktor
pembentukan
Di mana
pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang tidak
disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya.
5)
Faktor
Kematangan
Di mana
setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Baik
fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan
berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Jadi, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan soal-soal
pelajaran, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuh
dan fungsi jiwanya masih belum matang dan kematangan berhubungan dengan umur.
6)
Faktor
Kebebasan
Di sini
manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
dengan kebutuhannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi,
intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu
untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang
sedang dihadapi. Intelegensi memiliki aspek-aspek perkembangan intelektual
yaitu berpikir kognitif, berpikir operasional, konservasi, dan mengembangkan
konservasi. Intelegensi juga memiliki tahap-tahap perkembangan intelektual
yaitu sensori motoris, praoperasional, operasional konkret, dan operasional
formal.Faktor-faktor perkembangan intelektual yaitu hereditas atau keturunan,
lingkungan (keluarga dan sekolah), pembentukan pembawaan yang khas, dan
kematangan.
Karakteristik
perkembangan intelektual yaitu berdasarkan tahap-tahap perkembangan intelektual
yang memiliki karakteristik tersendiri seperti sensori motoris, praoperasional,
operasional konkret, operasional formal. Sebagai perwujudan kemampuan intelektual
individu sesuai perkembangannya.
Bila kita perhatikan
dalam kehidupan maka hubungan intelektual dengan tingkah laku yaitu terjadi interaksi atau
komunikasi antara individu dengan lingkungannya, sehingga akan terjadi hubungan
timbal balik. Melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar